Away In The Silence | Epilog

“Seo Joon uncle!” suara nyaring Ae Ra terdengar cukup jelas dari lorong rumah sakit, Seo Jon yang tengah berjalan santai langsung menoleh dan tersenyum lebar pada anak berusia 4 tahun itu. Sedikit berlari dan langsung menggendong Ae Ra dengan semangat, se semangat ia mencium habis-habisan pipi tembam Ae Ra hingga membuat Ae Ra tertawa cekikikan.

Uncle, annyeong. Mana Aunty? Ae Ra ingin bertemu.” Sapa Ae Ra semangat, dibelakangnya ada Ji Yeong dan Hae Jin yang sama-sama menggendong si kembar.

“Yeonggi-ah, hyung. Annyeong.” Sapa Seo Joon sopan.

“Anyeong Seo Joon-ah, kau sedang apa disini?” balas Ji Yeong.

“Bertemu Ji Won, kalian mau berkonsultansi?”

Ne, hari ini jadwal anak-anakku melakukan imunisasi. Kau sudah bertemu Ji Won?” jawab Hae Jin lalu menaruh Tae Oh dalam stroller yang diikuti Tae Jun berikutnya.

Ani, aku baru saja sampai sebelum si cilik ini memelukku.” Seo Joon kembali mencium Ae Ra dengan gemas, membuat anak itu kembali tertawa.

Ji Yeong dan Hae Jin ikut tertawa ketika keponakannya itu memaksa ikut karena merindukan Ji Won Aunty.

Uncle, ayo kita bertemu Aunty. Ppali.”

Keenam orang itu langsung menuju ruangan Ji Won, tanpa mengetuk pintu Seo Joon langsung masuk begitu saja. Hal yang sudah biasa ia lakukan, dan Ji Won juga sudah terbiasa karena hanya suaminya itu lah yang bisa berbuat seperti itu padanya.

“Eoh, ada apa ini? Kenapa mengeroyoku?” tanya Ji Won yang baru saja selesai mencuci tangan.

Aunty!!!” sapa Ae Ra yang selalu semangat jika bertemu dengan Ji Won.

Annyeong, Ae Ra-ya. Kenapa bisa disini? Mana Appa dan Eomma?”

Appa di kantor dan Eomma di rumah bersama Do Hyun.”

Aigoo~ orang tuamu itu.”

Seo Joon tersenyum lalu menghampiri isterinya itu, “Hey boo.” Sapanya sambil mencium pipi Ji Won.

“Hey bee.” Balas Ji Won dengan pelukan erat untuk menghirup aroma laki-laki ini.

“Apa kami ini tidak dianggap?” Ji Yeong menginterupsi, membuat Ji Won tersenyum lalu menghampiri Ji Yeong dan Hae Jin.

“Eonni…bogoshipposeo.” sapa Ji Yeong memeluk dan mencium pipi kakaknya, “Oppa.. annyeong, kau terlihat berbeda hari ini.”

“Jinja? Apa aku terlihat semakin tampan?”

Ji Won tertawa senang sambil menggendong Tae Oh, Ani, kau terlihat semakin cantik jika sedang memakai kaos warna pink itu.”

Hae Jin mendehem, berbeda dengan Ji Yeong yang tertawa puas. Jika bukan karena permintaan Ji Yeong untuk memakai baju couple, Hae Jin tidak akan pernah menyentuh kaos berwarna pink ini.

Annyeong Tae Oh-ya, ough.. kau semakin berat saja.” Sapa Ji Won sambil mencium gemas pipi keponakannya hingga membuat Tae Oh tertawa.

Seo Joon memperhatikan bagaimana isterinya itu sangat telaten mengurus anak kecil, membuatnya ingin memiliki seorang anak segera. Apakah ia sudah siap menjadi seorang Ayah?

Seo Joon dan Ji Won memang sepakat untuk menunda anak, hal ini dikarenakan keduanya masih ingin berpacaran dan menikmati waktu berdua sebanyak mungkin. Terlebih dalam dua tahun ini Ji Won mengejar gelar dokter anak dan dirinya mengambil gelar doktor, sekarang setelah semua sudah diraih ia ingin mempunyai anak. Anak laki-laki yang mirip dengannya, memikirkan itu membuat Seo Joon tertawa.

“Cha.. keponakan aunty yang pintar.” Ucap Ji Won setelah menyuntik kedua keponakan kembarnya.

Gamsahamnida, yeoppo aunty.” Ucap Hae Jin yang tengah menggendong Tae Jun.

Ne, cheonmaneyo. Makan yang banyak ne, agar pipimu semakin berisi.”

Ne, aunty.” Balas Ji Yeong yang sedang menggendong Tae Oh.

Aunty, ayo main ke rumah.” Ae Ra kembali memeluk Ji Won.

“Nanti sore Aunty dan Uncle kesana ne?”

Jeongmal?”

“Tentu, tanya pada uncle.”

Ae Ra segera menuju Seo Joon kembali, menggendong Ae Ra sambil mengantar mereka berjalan ke lift.

Ne, sore nanti uncle dan aunty akan ke rumahmu.”

Gamsahamnida uncle, aku akan segera memberitahu Eomma.”

Ketujuh orang itu berpamitan di pintu lift, selepas pergi Seo Joon langsung menarik tangan Ji Won dan membawanya memasuki kembali ruangan praktek isterinya itu.

“Hya, Park Uisanim. Ada apa ini? Kenapa mengunci pintunya?” Tanya Ji Won begitu melihat Seo Joon mengunci pintu.

Ani, kita harus bicara empat mata.”

Ji Won memicingkan matanya, sedikit mencurigai jika suaminya ini ada maksud lain. Mengingat bagaimana terakhir kali mereka seperti ini, dirinya harus berakhir dengan kondisi tidak serapih sebelumnya. Ji Won merapihkan pakaiannya, merapatkan blousenya sampai lehernya tertutup sedikit. Seo Joon mengerutkan keningnya, kemudian tertawa dengan sikap isterinya itu.

“Itu akan kulakukan jika kau menggodaku, sayang.”

Ji Won melotot sebal, “Sore ini kita harus ke rumah Jong Jin oppa, jadi aku harus rapih.”

Seo Joon tersenyum licik, “Aku bisa bermain rapih.”

“Cepat katakan apa yang mau dibicarakan.”

Seo Joon tersenyum lalu mengambil sebuah kotak dalam sakunya, memberikannya pada Ji Won.

“Ige mwoya?” Tanyanya sambil membuka kotak dan mendapati sepasang anting yang ia yakini tidak murah, karena suaminya ini gemar mengoleksi berlian yang menurutnya investasi terbaik.

“Selamat hari jadi ke 25 bulan.”

Ji Won tersenyum, ia sendiri bahkan lupa kalau 25 bulan yang lalu ia dan Seo Joon sepakat untuk berpacaran dan satu bulan lelaki itu melamar dihadapan keluarga besar dengan amat sangat romantis hingga ia tidak bisa berkata apapun selain menangis terharu dan berkata ‘yes, i do.’

Ji Won terharu mengingat bagaimana 25 bulan ini mereka berdua belajar untuk membina sebuah rumah tangga seperti kedua orang tua mereka, dan perjalanan mereka masih amat sangat panjang.

“Hey… don’t crying boo. Am I hurt you?” Tanya Seo Joon sambil mendekap wajah Ji Won dengan kedua tangannya, menghapus tetesan air mata dengan ibu jari.

Ji Won menggeleng, “Aniyeo, nan gwenchana.” Jawabnya sambil memeluk erat pria tampan dihadapannya.

“I’m sorry can’t remember for today.”

Seo Joon tersenyum, mencium kepala Ji Won ia menjawab. “Tidak masalah, kau hanya perlu mengingat seberapa besar rasa cintaku hingga batas waktu tak tertentu.”

Ji Won tertawa kecil sambil memukul pelan dada suaminya, kembali memeluk dengan erat. “Ne, sajangnim.”

Seo Joon tersenyum, melepas pelukan dan kembali memegang wajah Ji Won. “Saranghae, boo.”

Nado saranghae, bee.”

Keduanya tertawa kecil lalu berciuman singkat, tidak… Ji Won yang melepas ciuman yang ia yakini akan berakhir di meja jika diteruskan.

“Hya, kenapa singkat sekali?”

“Bagaimana jika kita makan siang?”

Shireo.” Seo Joon kembali meraih wajah Ji Won untuk menciumnya lebih lama.

Ji Won mendiamkan bibirnya dilumat lembut oleh Seo Joon, ia tidak ingin membalas ciuman suaminya pada awalnya. Tapi merasakan bagaimana Seo Joon menciumnya dengan ahli, itu membuatnya hilang ingatan. Perlahan tangan Ji Won yang diam beranjak meraba dada hingga akhirnya berada dileher suaminya itu. Seo Joon tersenyum penuh kemenangan disela-sela ciuman yang mulai memanas, terlebih kini jemari Ji Won sudah berada dibelakang kepalanya. Menarik rambut pendeknya sambil memperdalam ciuman yang sudah meningkat, membuat keduanya kehabisan nafas dan mulai merasakan panas.

Seo Joon melepas ciuman mereka, menyatukan keningnya sambil bertanya “Apakah kita akan masuk ke base dua?”

Ji Won tertawa mendengar pertanyaan suaminya, ia tahu jika mereka kini sedang bergairah tapi melakukannya lagi di kantor bukan cara yang tepat untuk melampiaskan nafsu mereka. Walau Seo Joon adalah pemilik rumah sakit ini, tapi di mata para karyawan lainnya mereka dianggap sedang berpacaran bukan menikah. Hal ini dikarenakan saat menikah mereka hanya mengundang kerabat keluarga saja, terlebih pernikahan ini juga mendadak. Tidak ada yang tahu jika mereka sudah menikah, gosip yang berkembang di rumah sakit ini adalah kedua dokter terbaik itu tengah menjalin asmara yang sangat serius.

“Bisakah kita pulang ke apartemen dan melakukannya ditempat yang benar?” Pinta Ji Won dengan manis.

Seo Joon mendesah, mengecup kening Ji Won ia setuju dengn permintaan isterinya itu. Arraseo, ayo kita pulang.”

Ji Won melepas jas dokternya, mengambil tas ia meraih tangan Seo Joon yang sudah menunggunya. Secara bersamaan menuju lift sambil berpegangan tangan, tidak memperdulikan tatapan iri beberapa pegawai khususnya wanita.

“Sepertinya bulan depan kau harus mengosongkan jadwal tugasmu.”

“Wae?”

Seo Joon mengecup tangan Ji Won yang ia pegang, “Karena aku akan mengajakmu honeymoon lagi, Nyonya Kim Ji Won.”

“Kita akan pergi kemana?”

“Kanada, aku ingin mengajakmu kesana selama seminggu penuh.”

Ji Won tersenyum, Ne arraseo sajangnim, tapi… apakah boleh ibu hamil berpergian yang memakan waktu belasan jam?”

Seo Joon menghentikan langkahnya, “Mworago?”

Ji Won tersenyum lalu mengecup cepat bibir Seo Joon, ia berbisik “Chukkae, kita akan menjadi orang tua dalam 8 bulan lagi.”

“MWOYA?”

 

*#*#*#*

Tes.. tes.. tes.. *usap peluh*
akhirnya selesai juga ini cerita.. super singkat sih, karena emang belum punya waktu buat baca-baca buku yang mengakibatkan tidak mempunyai ide untuk bisa membuat cerita yang panjang *sujud*
so, disela waktu untuk menghilangkan rasa kantuk yang luar biasa ini akhirnya memilih untuk posting Epilog SeoWon Couple.. 😀
hope you like it, thanks for coming :*
-with love-
Kim Ji Won

Away In The Silence | Chapter 8 – The Sweetest Of Eights

Ji Won memicingkan mata lantaran sinar matahari yang langsung mengenai wajah, rasa panas ia rasakan pada pipi kanannya. Berbalik arah ia mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidur. Sayup-sayup matanya terbuka melihat Seo Joon yang masih tertidur dengan lelap dengan posisi tengkurap, ia tersenyum melihat wajah polos itu. Ingatannya kembali saat semalam ia mencium pria ini, ciuman yang awalnya ia rencanakan karena ingin menggoda Seo Joon saja. Tapi setelah merasakan bagaimana lembutnya bibir pria ini, ia mengerti jika banyak wanita yang tergila-gila pada kekasihnya dulu.

Ji Won masih nyaman melihat Seo Joon yang tertidur pulas, ia ingin sekali menyentuh wajah Seo Joon tapi diurungkan karena tahu jika Seo Joon terlalu mudah terganggu tidurnya. Memperhatikan kening, alis, mata, hidung hingga bibir. Mengamati bagaimana pria ini semakin tampan setiap tahunnya, bahkan ia mengakui jika Seo Joon lebih tampan dari Jong Hyun.

Perlahan Ji Won bangun, melihat keadaan kamar Seo Joon yang sudah berantakan berkat aksi semalam mereka. Wajah Ji Won memerah ketika mengingat bagaimana mereka berdua sibuk berciuman sambil melepas pakaian masing-masing. Ia mengambil kemeja hitam Seo Joon yang tidak jauh dari kakinya, memakainya dengan cepat sambil matanya memperhatikan punggung Seo Joon, takut membuat pria yang masih tertidur itu terbangun.

Dirinya bernafas lega ketika berhasil keluar dari kamar Seo Joon, berjalan menuju dapur tanpa sengaja tatapannya tertuju pada kumpulan bunga dan balon yang menggantungkan foto. Langkah kakinya berbalik arah menuju rangkaian bunga Jasmine dan Gardenia putih yang membingkai barisan balon diatasnya. Ji Won tertawa melihat pemandangan tersebut, jika saja semalam ia tidak menggoda Seo Joon pasti pria itu sudah melakukan aksi lamaran.

Proposed of Marriage?

Ji Won tidak percaya jika Seo Joon akan melamarnya, ia tertawa kecil ketika melihat foto yang digantung pada seluruh balon berwarna biru itu. Foto saat ia sibuk belajar yang ia ingat saat dirinya tengah menghadapi ujian kelulusan saat sekolah menengah atas. Foto saat ia tertidur dengan posisi duduk dan menunduk yang ia ingat dirinya tengah menunggu Seo Joon menyelesaikan penelitiannya. Dan masih banyak foto momen kenangan mereka berdua yang Ji Won sangat ingat setiap kejadiannya.

Mata Ji Won sedikit berkaca saat ia melihat dua buah cincin yang tergantung di balon berwarna putih, ia meraih cincin itu dan tersenyum bahagia.

“Park Seo Joon… Nyonya Park Seo Joon?” ia bergumam ketika menyebut nama Seo Joon, “Tidak buruk.”

Ji Won tersenyum lalu dirinya kembali menuju dapur, membuat sarapan sederhana karena perutnya sudah berontak minta diisi. Dengan cukup lihai ia membuat sandwich dan telur mata sapi, menuangkan susu yang sudah dipanaskan ke dalam mug besar. Ia tidak menemukan kopi karena tahu jika Seo Joon tidak menyukai kopi, berbeda dengan dirinya yang sangat menyukai minuman berwarna hitam tersebut.

Mengambil baki, ia menata semua isi sarapan tersebut untuk dibawa ke dalam kamar. Selesai menaruh sarapan dengan hati-hati, ia kembali keluar untuk membawa puluhan balon yang menggantung dan memasukan ke dalam kamar Seo Joon. Mengatur sedemikian rupa balon-balon tersebut untuk tepat berada diatas ranjang Seo Joon, membuka semua tirai untuk membangunkan pria yang masih tertidur dengan pulas tersebut. Seo Joon terbangun dengan wajah yang masih mengantuk, dengan malas ia bangun dan matanya langsung terbuka ketika melihat menu sarapan disampingnya.

Matanya langsung mencari dan mendapati Ji Won tersenyum dengan sangat cantik membuat dirinya mengumpat, “Aish.. apa aku orang sakit?” tanyanya sambil memijat matanya.

Ji Won tertawa bahagia lalu berjalan menuju ranjang dan duduk dihadapan Seo Joon, “Wae? Apa tidak ada yang pernah membawakan breakfast untukmu seperti ini?”

“Ani, naega neon.”

Ji Won semakin tertawa ketika Seo Joon memperlihatkan wajah imutnya, dengan rambut yang tidak beraturan membuat pria ini semakin tampan dari biasanya. “Aku buatkan sarapan karena hanya ini yang ada dalam isi kulkasmu.”

Seo Joon memperhatikan sandwich tuna dan telur mata sapi, “Selama tujuh tahun aku hanya sarapan yang dibuatkan oleh wanita bernama Kim Ji Won.” Jawab Seo Joon sambil meminum susu putih yang super hangat.

Ji Won mengambil potongan sandwhich dan menyuapi Seo Joon, Jinja? Aah.. apakah wanita itu sangat cantik?”

Seo Joon mengangguk, “Eoh.. dia wanita tercantik setelah Eomma-ku, bahkan saat dia sedang tidur pun sudah sangat cantik.”

“Whooa, apa dia pandai memasak?”

Seo Joon menelan kunyahan sandwhichnya, “Dia spesialis masakan western, hanya sedikit masakan korea yang ia bisa.”

Ji Won tertawa, “Aah.. beruntungnya kamu kalau begitu.”

Seo Joon mengangguk dan tersenyum yang memperlihatkan lesung dibawah matanya, “Sangat.” Ia hendak kembali berargumen namun dihentikan ketika melihat bayangan balon yang menggantung, detik itu juga ia mengingat seharusnya semalam ia sudah melamar Kim Ji Won.

Roti sandwhich yang tengah ia makan seketika sulit untuk ditelan, mengambil kembali susu untuk melancarkan tenggorokannya. Aish.. jika saja semalam Ji Won tidak terang-terangan menggodanya mungkin hari ini wanita itu sudah menjadi calon isterinya.

Sadar akan kediaman Seo Joon, Ji Won menoleh keatas. Ia kembali tersenyum lalu dengan inisiatifnya mengambil sepasang cincin yang sudah ia simpan pada meja nakas, “Park Seo Joon-ssi… maukah kau menikahiku?”

Perkataan yang sukses membuat Ji Won terkena semburan susu yang tengah diminum kekasihnya itu, “Ji Won-ah.. mianhae mianhae mianhae.”

Tenpa memperdulikan ketidak lengkapan pakaiannya ia langsung mengambil tissue dan mengelap wajah Ji Won secara membabi buta, yang mau tidak mau membuat gadis itu tertawa kecil.

“Hya oppa, aku memang suka mencuci wajahku dengan susu. Tapi bukan yang manis..” candanya sambil memejamkan mata, membiarkan tangan Seo Joon membersihkan semburan air pada wajahnya.

Mian, aku terlalu terkejut.” Jawab Seo Joon merasa bersalah.

Ji Won membuka kembali matanya, mengambil baki sarapan dan menaruhnya di meja nakas lalu kembali berhadapan dengan Seo Joon, ingin menjahilinya kembali.

“So?” tanya Ji Won dengan wajah yang super imut.

Seo Joon terlihat gugup, “Kenapa bertanya? Tentu saja aku harus menikah denganmu.. pikirmu dengan siapa aku akan menghabiskan sisa hidupku, membesarkan…” perkataan Seo Joon kembali terhenti ketika Ji Won menutup bibirnya kembali.

“Mmuaah… gomawo.”

Seo Joon membiarkan Ji Won menghujani wajahnya dengan ciuman-ciuman manis, mulai dari kening, mata, kedua pipinya hingga semua wajahnya tercap oleh bibir Ji Won. Ia kembali tertawa, bukankah seharusnya ini yang ia lakukan semalam?

Meraih tangan Seo Joon, Ji Won melingkarkan cincin yang lebih besar pada jari manis pria ini. “Ooh.. yeopoda. Igo..” Ji Won menyerahkan cincin yang lebih kecil pada Seo Joon agar pria itu memakaikan pada jari manisnya.

Seo Joon tersenyum, “Kurasa ini akan menjadi cerita anak-anak kita karena kau selalu mengajakku berpacaran dan melamarku terlebih dahulu.” Lalu ia memakaikan cincin berlian bermerk international itu.

“Saranghae Woonie-ah, neomu manhi.”

“Nado saranghae Joonie-ah, yeongwonhi.”

Seo Joon menarik Ji Won hingga jarak mereka sangat dekat, posisi Ji Won yang lebih tinggi memudahkan pria itu melihat dengan sepuasnya wajah cantik Kim Ji Won. Bukankah ia pria yang paling beruntung di dunia?

“Apa yang kamu mau?” tanya Seo Joon.

Ji Won berpikir, “Mwoga mwo?”

“Menikah dengan mewah atau menikah dengan sederhana?”

Ji Won tersenyum manis, senyum yang selalu ingin Seo Joon terus menatapnya. “Hmm, sederhana? Aku tidak menyukai pesta besar-besaran… bagaimana jika dengan konsep tamasya disebuah taman?”

“As your wish madam.” Seo Joon mengangguk setuju, “So, where did we go to honeymoon?”

Ji Won berpikir keras, “Hmm.. is up to you.”

Seo Joon menggeleng tidak setuju, “Jika itu terserah padaku, aku memutuskan untuk tidak pergi kemanapun.”

“Wae?”

“Aku ingin terus memilikimu didalam kamar, diranjang kita tanpa busana selama satu minggu penuh.”

Ji Won tertawa, Aigoo~ sebesar itu kah kau mencintaiku? Ckck..” Seo Joon mengangguk semangat, Mianhae.”

“Untuk?”

“Karena aku mengecewakanmu saat malam pertama kita nanti.”

Wae? Apa nanti kau sedang dalam siklus menstruasi?”

Ani.. karena nanti kau menikah dengan wanita yang bukan perawan lagi.”

Seo Joon tersenyum, memeluk Ji Won dan mendaratkan ciuman panas pada dada kekasihnya itu. Membuat tanda jika sekarang hingga batas waktu tidak ditentukan Ji Won adalah miliknya, selamanya.

“Tidak masalah, asal kau melakukan yang terbaik di ranjang untukku.”

“Aish.. kenapa kau mesum sekali?”

“Hanya kepadamu.”

“Cih… aku tidak percaya, bukankah sebelumnya sudah banyak wanita yang tidur disini?”

Seo Joon memasang wajah marah dan menatap tajam Ji Won, mendorong tubuh kekasihnya dan menindihnya. “Dengarkan baik-baik…” ucapnya sambil menekan kedua tangan Ji Won diatas kepala wanita itu, “Aku tidak pernah mengijinkan wanita lain selain kau untuk tidur di ranjangku, mengerti Nona Kim?”

Ji Won mengangguk lembut, “Ne, uisanim.”

“Good Girl.” Seo Joon hendak bangun kembali, namun Ji Won kembali menariknya hingga ia bisa merangkul leher pria itu dengan kedua tangannya. “Hya.. hya.. kau kenapa? Apa kau mau menggodaku lagi?”

“Memang kau bisa menolaknya?”

“Hya, chagi. Semalam pengalaman pertamamu, aku tidak ingin menyakitimu lagi sampai minggu depan.”

Wae, kenapa sampai minggu depan?”

Seo Joon mencium Ji Won cepat, melepas tangan yang membelit lehernya. Ia bangun sambil menutupi bagian tubuhnya yang lain, “Bersiap-siaplah karena minggu depan kau dan aku akan bertemu kedua orang tua kita, lalu kita akan langsung menikah.”

“Mwo?”

Seo Joon segera berjalan menuju kamar mandi untuk menghindari serangan Ji Won, karena sesungguhnya ia sudah tidak tahan dengan aroma tubuh Ji Won yang seperti morfin baginya. Dirinya tertawa puas ketika mendengarkan Ji Won berteriak memanggil namanya dari balik pintu kamar mandi, menatap jemarinya yang sudah tersemat cincin yang ia beli kemarin.

“Aku harus melamarmu lagi dihadapan keluarga kita, dan aku bersumpah kau akan menangis bahagia Nyonya Kim Ji Won.”

*#*#*#*

kkeut!
with love
-Kim Ji Won-