Away In The Silence | Chapter 3 – The Third Of Memorable

Ji Won dan Seo Joon akhirnya menapakkan kaki di Bandara Internasional Kansai, setelah berada 2 jam menuju bandara, 2 jam menunggu pesawat dan 2 jam berada di udara. Kedua manusia berprofesi dokter itu bisa menghirup udara Jepang dengan bebas, kacamata hitam membingkai wajah cantik dan tampan mereka pagi ini. Selain untuk menutupi mata bengkak mereka-lantaran mereka langsung pergi sepulang jadwal malam-juga untuk menghindari tatapan orang-orang. Setidaknya mata panda tidak mudah terlihat jika memakai kacamata bukan, hal itu yang selalu mereka pikirkan dan menikmati 2 hari 1 malam di Negeri Sakura cukup membuat mereka menikmati masa sebagai manusia.

“Ini masih jam 7, kau mau sarapan?” Tanya Seo Joon begitu mereka berjalan menuju subway untuk membeli tiket bypass selama 1 hari.

Eoh, aku lapar. Kau ingin makan apa?” Jawab Ji Won sambil mencoba mencari masker karena mereka memutuskan liburan a la backpaker, yang otomatis akan menggunakan transportasi umum dan alergi Ji Won yang tidak mendukung.

“How about… Kura Sushi?”

“Eoh, let’s go!”

Udara dingin masih bisa mereka rasakan walau sudah memasuki bulan April, sepanjang jalan banyak bunga yang bermekaran. Mata Ji Won tidak melewatkan hal apapun sepanjang perjalanan, ia merasa jika sudah berada di negeri orang ia tidak boleh melewatkan pemandangan apapun. Jika saja ia memiliki waktu libur yang cukup panjang, ia sudah pastikan akan mengunjungi London atau Kanada. Berbeda dengan pria disampingnya yang sudah tertidur dengan pulas, memakai bahunya untuk menopang kepala Seo Joon. Ia tahu jika pria disampingnya ini jauh lebih lelah dibanding dirinya, karena jadwal UGD untuk dua hari terakhir sangat menggila dan pria disampingnya ini selalu meminta bantuan jika ada operasi besar. Setidaknya Ji Won akan memikirkan kembali untuk sekolah Strata dua dibidang anak-anak, walau bidang dokter bedah sudah ia tempuh bersama dokter disampingnya ini.

Oppa, bangun. Kita sebentar lagi akan turun.” Ji Won menepuk lengan Seo Joon, membuat pria itu langsung sigap bangun dan bersiap mengambil satu koper yang mereka bawa. Meraih tangan Ji Won dan berjalan menuju pintu gerbong, bersiap untuk segera keluar.

Setelah berjalan lima menit keduanya tidak dapat berhenti tersenyum lebar ketika melihat ratusan piring berisikan sushi segar yang berjalan pada mini conveyor belt, hal yang mereka sukai jika tengah berada di Jepang. Ji Won sudah menghabiskan lima piring sushi, sedangkan Seo Joon tengah melirik piring yang ke delapan.

“Apa kau berencana mengambil S2 kembali?” tanya Seo Joon tiba-tiba, membuat Ji Won sedikit tersedak.

“Ani, wae?”

Seo Joon menyelesaikan makannya, “Kupikir kau bisa mengambil spesialis anak, kau terlihat sangat menikmati jika tengah bertugas di bangsal anak-anak.”

Ji Won tersenyum, “Aku selalu menikmati dimanapun aku ditempatkan, jika tidak, seorang dr. Park Seo Joon lulusan terbaik di bidang saraf tidak akan memanggilku untuk melakukan operasi besar.”

“Cih, tukang pamer.”

Seo Joon menatap sebal lalu mata kecilnya beralih pada piring ke sembilan. “Apakah aku memang perlu mengambil spesialis anak?”

Seo Joon mengangguk, “Coba saja, aku mendukungmu 1000%, dengan IQ mu yang diatas 250 itu. Aku yakin kau hanya membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk merampungkannya.”

Ji Won tertawa, Arraseo, akan aku pikirkan kembali.”

“Bagaimana jika kita kuliah bersama lagi? Jika kau ambil bidang anak, aku akan mengambil gelar doktor.”

“Berani membayar semahal apa untuk menjadikanku asiatenmu, dr. Park?” Tebak Ji Won.

Seo Joon tersenyum memaksa, tahu apa yang dia maksud. “Dengan… cinta. Saranghae!” Jawabnya sambil melipat jemarinya hingga membentuk simbol cinta.

“Cinta dengkulmu.” Maki Ji Won, membuat Seo Joon tertawa.

Selesai menghabiskan 25 piring sushi, keduanya melanjutkan kembali perjalanan menuju Istana Osaka. Ji Won yang hanya berniat melihat bunga yang bermekaran, mendadak berubah menjadi photographer ketika pria yang lebih tinggi 21 cm darinya selalu meminta foto. Wajah cantik Ji Won berubah menjadi lebih cantik ketika melihat ratusan ume bloom, senyumnya mengembang ketika melihat satu persatu ume bloom di taman bunga istana. Mulai dari red ume hingga white ume tidak ia lewatkan dalam kamera digital miliknya, mengabadikan bunga yang hanya mekar dalam kurun waktu satu tahun sekali dan dalam waktu dua minggu ini.

“Yeoppoda.” Ungkap Seo Joon ketika berhasil memotret Ji Woon diantara bunga Pink Ume dan Cherry Blossom, salah satu hal dari ratusan hal yang ia sukai dari seorang Kim Ji Woon.

Sejak terakhir mengantar wanita ini hingga ke kamarnya, sejak saat itu pula ia bertekad akan terus berada disamping Ji Won. Menghindari puluhan pasang wanita yang selalu mendekatinya, mengamati Ji Won jika ia memang sempat dan mengajaknya liburan seperti ini. Ia hanya ingin selalu berada disamping adik sahabatnya itu, melindunginya atau selalu ada disaat ia dibutuhkan.

“Kau akan memakannya?” Ejek Seo Joon ketika melihat Ji Won yang tengah menatap dari jarak dekat bunga sakura.

“Memangnya aku burung?”

“Bukankah kau ini lebih cocok jadi beruang?”

Hya!” Keduanya saling berkejaran untuk memukul satu sama lain, diiringi sekilas tawa dari mereka berdua membuat liburan kali ini sangat menyenangkan.

Selang dua jam kemudian Seo Joon kembali menggenggam tangan cantik Ji Won, menggiringnya menuju stasiun untuk mengambil koper dan menuju tempat wisata lainnya. Mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan menuju Tenjinbashisuji Shopping Street, Osaka Aquarium dan jika memungkinkan akan menuju Tsutenkaku Tower sebelum kembali menuju Tokyo untuk menikmati Diseneyland Tokyo keesokan harinya. Suasana siang di Tenjinbushisuji sudah cukup ramai, keduanya sangat menikmati perjalanan ini layaknya sepasang kekasih. Tanpa disadari Ji Won, Seo Joon selalu menggenggam tangan cantik miliknya, mereka berdua bahkan menyicipi kuliner jalanan dalam jumlah yang selalu dibagi dua.

Oppa, aku ingin takoyaki lagi.” Ucap Ji Won ketika selesai menghabiskan 3 buah takoyaki.

Seo Joon mengangguk, meninggalkan Ji Won yang masih duduk. Menuju tempat penjual takoyaki yang sudah memiliki antrian lebih panjang dari seblumnya ia dan Ji Won mengantri. Seo Joon tersenyum ketika mengingat bagaimana Ji Won memohon kapadanya, “Aah, neomu kwiyopta.”

Sambil menunggu, Ji Won melihat hasil jepretannya pada kamera miliknya. Sedikit tertawa ketika melihat Seo Joon yang selalu bertingkah aneh, tapi ia menyukainya, sifat dan wajahnya sangat cocok. Ji Won tersentak ketika Seo Joon kembali dengan cepat, “Whoa, bagaimana bisa oppa datang lebih cepat?”

Membelah takoyaki lalu meniupnya dan menyuapi Ji Won, ia berkata “Aku memohon pada semua orang yang sedang antri.”

Jinja? Memohon apa?”

Seo Joon kembali menyuapi Ji Won, “Aku berkata jika isteriku yang sedang hamil sangat menginginkan makan takoyaki secepatnya.”

Ji Won menatap datar, Heol, idemu memang sangat luar biasa gila Park uisanim.”

Seo Joon tersenyum lebar, memperlihatkan lesung dibawah matanya. Ia memang sudah biasa disalahgunakan jika sedang bersama Seo Joon, tapi jika tidak seperti ini tidak mungkin mereka makan takoyaki dengan antrean yang bahkan bisa menghilangkan selera makannya.

Aigoo, jadi inikah isterimu yang tengah hamil itu. Aah, yeoppoda.” Sapa seorang wanita tua asal Korea pada mereka berdua.

Seo Joon tersenyum malu, berbeda dengan wajah bingung Ji Won. “Aah, ne Ahjumma.” Jawab Seo Joon sambil merangkul pinggang Ji Won, membuat detak jantung wanita itu mendadak berdegup cepat.

“Aa, mirip saat aku masih muda. Ini anak kalian yang keberapa? Pertama?”

Seo Joon mengecup pipi Ji Won, Ani, ini yang keempat.” Jawaban yang sukses membuat wajah Ji Won memerah.

“Aigoo, ddaebakk.” Jawab seorang pria di samping wanita tua yang sudah dipastikan adalah suaminya, “Kau sangat hebat anak muda.”

Aah, ne. Keluargaku menyuruhku untuk memiliki banyak anak, bukankah semakin banyak jumlah anak maka akan semakin banyak juga rejekinya?”

“Kau benar, kau benar. Semoga sukses dengan babymoon kalian, kalian mau kemana?”

“Isteriku ingin melihat Osaka Aquarium, kurasa kami harus pergi sebelum terlalu sore.”

Dan keempat orang itu segera berpisah, selama perjalanan Ji Won mendinginkan wajahnya. Tingkah Park Seo Joon semakin lama semakin mengkhawatirkan, haruskah pria ini ikut test kepribadian?

Keduanya kembali berjalan menuju stasiun, menaiki kereta yang mengantarkan mereka ke Aquarium raksasa di Osaka. Setelah menempuh waktu selama 30 menit mereka tiba disana, membayar tiket Ji Won kembali menikmati suasana Aquarium raksasa itu, memperhatikan ikan-ikan yang seakan mengelilinginya. Matanya tidak lepas dari segala hal disana, berbeda dengan Seo Joon yang selalu senang menatap Ji Won.

“Hey, kita tidak bisa lama disini. Bukankah kau ingin ke Tsutenkaku Tower?”

Ji Won memasang wajah lelah, “Lain kali saja kesana, aku sudah lelah.”

“Bukankah kau yang semangat kesini?” Seo Joon mengajaknya duduk, mengambil minuman di tas punggungnya untuk memberi gadis ini minuman.

Gomawo, tapi sepertinya tidak cukup waktunya bukan? Kereta ke Tokyo jam 5.40?”

Ne, kita masih punya waktu 2 jam lagi sampai jam 5. Apa yang mau kau lakukan?”

Ji Won memasang wajah berpikirnya, membuat Seo Joon tersenyum. Karena ekspresi wajah gadis ini terlalu menggemaskan dalam hal apapun, “Apa? Jajan lagi?” Senyum Ji Won mengembang ketika mendengar kata makanan, membuat Seo Joon tertular untuk tersenyum. Merapihkan tasnya, tangannya kembali menggenggam tangan Ji Won untuk mengajaknya berdiri.

“Kau memang harus banyak makan Woonie, seorang dokter harus kuat!” ucapnya sambil merapihkan masker, sedikit pukulan pada bahu Ji Won hingga membuat gadis itu berteriak dan mereka berkejaran kembali.

Mata Ji Won terbuka perlahan, ia terbangun karena merasa kepalanya sangat berat seperti menahan sesuatu. Dirinya hendak bangun namun diurungkan begitu melihat tangannya yang digenggam dengan erat oleh sahabat kakaknya ini. Sedikit tersenyum ketika perasaannya selalu lepas jika sedang bersama pria ini, ia mencoba menggerakkan ibu jarinya untuk mengusap jemari panjang Seo Joon. Menyandarkan kepalanya lebih dalam, aroma aftershave pria ini selalu membuatnya tenang.

Citrus, woody and blackpaper. Ia hanya bisa menebak tiga aroma yang lebih dominan pada tubuh Seo Joon. Tidak mau terlarut begitu lama, tangannya yang bebas menepuk tangan Seo Joon. Membuat pria disebelah kanannya ini terperanjat, Wae? Wae? Kita sudah sampai?”

Ji Won tertawa meminta maaf, Mian, aku mau ke toilet.” Seo Joon menghela nafas lega, sedikit menaikan kakinya agar Ji Won bisa lewat. Memijat lehernya yang sudah protes karena diperlakukan dengan tidak nyaman. Melirik jam, menghitung waktu untuk segera tiba di Hotel.

One Hours.

*#*#*#*

Hohoho… annyeong!
berhubung siang ini sudah mulai mengantuk dan bosan dengan kerjaan, sedikit disempetin untuk nulis  di blog yang sudah tak terurus lagi..
setelah dilihat2 nyatanya ini blog perlu renovasi besar-besaran >w< tapi sepertinya waktunya tidak memungkinkan.. heuheu
aaah… I’m very like for this couple-after song2couple sih-ahihihi
daaaan… beneran minta maaf klo ada kesalahan dalam penulisan beserta istilah2 wisata dalam cerita ini..
tapi beneran… lagi kepengen ke Jepang, backpaker ke negaranya Conan Edogawa XD
Insya Allah… aamiin 😀
okay, enjoy your read and super big thanks for comment :*
with love
-Kim Ji Won-

Leave a comment