Away In The Silence | Chapter 4 – The Crazy Fourth

Sheraton Grande Tokyo Bay Hotel tampak masih ramai dengan pengunjung, dengan wajah lelah kedua orang ini memasuki area lobby untuk menuju receptionist. Seo Joon berjalan lebih dahulu, membiarkan Ji Won dibelakangnya, dia ingin cepat pesan dua kamar untuk mereka berdua. Beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka keesokan harinya, setidaknya ia harus menyimpan tenaga untuk menemani Ji Won yang sangat menyukai Disneyland.

Eoh? Kalian menginap disini?” Seo Joon dan Ji Won dengan kompak menengok pada seseorang yang menyapa mereka kembali, suara yang terdengar asing lantaran mereka mulai terbiasa mendengar bahasa Jepang kini mendengar suara orang Korea.

“Aah, ahjumma. Annyeonghaseo, kenapa bisa berjumpa kembali disini.” Sapa Seo Joon yang sedikit terkejut dan juga lelah, membuat Ji Won hanya bisa tertawa dibelakangnya.

Annyeonghaseo, kalian akan babymoon disini juga?”

Ji Won merasa Seo Joon sudah lelah untuk menyapa mereka,  ditambah akting pasangan suami-isteri harus mereka tampilkan kembali. Ia yakin kedua orang tua ini akan sangat marah seandainya sekarang tahu jika mereka bukanlah pasangan suami-isteri. Ji Won merangkul tangan Seo Joon, menaruh kepalanya pada pundak pria ini. Annyeong ahjumma, ne kami akan menginap disini.”

Aigoo, kalian pasangan serasi.”

Keduanya tersenyum, “Ne, gamsahamnida.”

“Berapa lama kalian akan disini?”

“Hanya satu malam, besok kami akan kembali ke Seoul.”

“Aah, sayang sekali.”

Seo Joon kembali melanjutkan aktivitas memesan kamar, ia hendak memesan dua kamar sebelum Ji Won menginterupsinya. One Suite Room for us.”

Seo Joon mengerjap, “Hya, apa ini karena ada mereka?” bisik Seo Joon.

Ji Won mengangguk, “Kupikir hotel bintang 5 seperti ini pasti menyediakan ranjang yang besar, apa kau mau memesan President Suite saja? Banyak ruangan bukan?”

“President dengkulmu.” Umpat Seo Joon membuat Ji Won tertawa.

Selesai memesan kamar keduanya pamit pada pasangan lebih tua yang berada disampingnya juga, tanpa sadar Ji Won tidak melepaskan tangannya dari lengan Seo Joon. Sedikit membuat pria dengan tinggi 185 cm itu tersenyum, senang akan liburan mereka kali ini.

Mau tidak mau, suka tidak suka, pada akhirnya keduanya kini berada dalam kamar yang sama. Jika kedua pasangan tadi tidak ada di lobby, pasti kini mereka sudah tertidur di kamar masing-masing.

“Haruskah aku buka kamar lagi?” Tanya Seo Joon begitu mereka sudah masuk ke dalam kamar berukuran 40 m2 itu.

Ji Won melihat ke arah kasur, “Kurasa tidak perlu, look.. we have twin queen bed.”

“Okay, aku mandi duluan.”

Seo Joon menutup pintu kamar mandi, sedikit menetralkan debaran jantungnya yang sudah menaiki tingkat siaga satu. “Satu kamar bersama Ji Won, tidur bersama Ji Won.” Pikiran-pikiran itu juga yang sedikit mengganggunya. Apakah ia bisa tidur?

Seo Joon menyalakan air dingin, membasuh kepalanya dengan cukup lama. Ia berharap pikiran-pikiran yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan ikut terbuang dengan air dingin yang mengalir.

Di sisi lain Ji Won tengah memandangi pemandangan lampu dari balik jendela besar, sedikit minum bir yang ia ambil dari mini bar di kamar.

“Hey, Park Uisanim. Lama sekali kau di dalam, kau tertidur?” Omelnya begitu Seo Joon sudah ikut duduk disampingnya, sedikit tidak menyadari kehadiran pria itu pada awalnya.

“Kau minum bir?” tanya balik Seo Joon.

“Jangan diminum!”

Anniyeo, aku bahkan belum menyentuhnya!”

Ji Won tertawa, ia sudah sangat hafal jika pria disampingnya ini tidak bisa minum sesuatu yang mengandung alkohol. Walau itu hanya 0,1% saja, jika ia minum maka dipastikan Seo Joon akan tertidur dalam hitungan ke 10.

“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Seo Joon sambil meminum jus.

“Memikirkan betapa rumitnya hidupku.”

Seo Joon menoleh, menatap Ji Won dari samping. Sejak ia mengenal Ji Won 7 tahun yang lalu, ia sudah hafal jika ekspresi ini adalah ekspresi kesedihan. Ia ingat bagaimana Jong Hyun bercerita ketika Ji Won dijauhi oleh teman-teman satu sekolahnya saat sekolah dasar, bagaimana Ji Won juga dijauhi ketika dirinya akselerasi saat smp dan sma.

Baginya hidup wanita ini sangat kesepian, tapi beruntungnya seorang Kim Ji Won ialah memiliki keluarga yang hangat. Mempunyai 2 kakak laki-laki yang selalu melindunginya dan 1 orang kakak wanita yang selalu mendengarkannya serta beberapa sepupu yang seumuran dengannya merupakan anugerah tersendiri. Ia sendiri iri dengan anugerah itu, sebagai seorang anak yang tinggal jauh dari orang tuanya.

Ia memang memiliki dua adik yang masih sekolah, dan kedua orang tua yang memiliki bisnis di luar negeri. Jika dulu ia tidak mengenal Ji Yeong dan Jong Hyun, mungkin sekarang ia sedang bekerja di sebuah perusahaan milik Ayahnya. Bidang Dokter memang bukan hal yang ia sukai pada awlanya, tapi itu berubah ketika ia mengenal Ji Won. Gadis itu menyihirnya hingga ia terlarut dalam bidang kesehatan, mengabaikan bisnis keluarganya.

“Ji Won-ah..” panggilnya.

“Hmm?”

Seo Joon mendekatinya, merangkul bahunya dengan possesive. “Nikmati hidup ini tanpa rencana apapun, sekali-kali berbuat gila lah untuk mengetahui bagaimana dirimu sebenarnya. Ne?”

Ji Won merenungi ucapan Seo Joon, baginya mempunyai teman sekaligus kakak sebaik dan sekeren Park Seo Joon sudah membuat hidupnya sempurna.

Ne harabouji. Jja, aku mau mandi dulu.”

Ji Won memasuki kamar mandi, memikirkan perkataan Seo Joon barusan. Haruskah ia berbuat gila?

Sepertinya jawabannya adalah ya!

Dengan cepat ia menyelesaikan mandinya, memakai pijama panjang lalu keluar menghampiri Seo Joon yang tangah duduk santai sambil makan beberapa irisan buah.

Hya, wae? Kenapa menatapku seperti itu?”

Oppa…”

Seo Joon menelan suapan buah dimulutnya, mengambil minum lalu meneguknya. Siap mendengarkan permintaan wanita yang sudah membuat hari-harinya terasa begitu menyenangkan.

Oppa… ayo kita berkencan!”

Detik itu juga Seo Joon berhasil menyemburkan minuman dengan rasa kaget yang luar biasa, dirinya bahkan terbatuk karena air yang seharusnya turun melalui kerongkongan malah salah jalur merasuki pangkal pernafasan.

Mwo? Hya, Kim Ji Won. Kau sedang sakit?”

Ji Won menggeleng lalu duduk dihadapan Seo Joon, “Kau bilang hanya aku wanita yang belum kau kencani, kalau begitu ayo kita kencan.”

“Hya, apa perlu kau ke psikater? Aku punya kenalan yang…”

“Jadi Oppa juga tidak mau berkencan denganku?”

Seo Joon menatap serius mata Ji Won, “Kau yakin?”

Ji Won mengangguk semangat, “Aku pikir jika ingin merubah kehidupanku, aku harus berbuat sesuatu. Aku ingin berubah, aku juga ingin memiliki pacar. Sampai hari itu tiba, aku akan berusaha berubah. Bukankah seharusnya begitu?”

“Hya, jadi aku dianggap sebagai kerinci percobaanmu?”

“Eiy, setidaknya Oppa lebih berpengalaman berpacaran dengan ratusan wanita. Kau bisa mengajarkanku, apa dan kenapa pria bisa tertarik dengan wanita. Ne?”

“Aku tidak mau.” Seo Joon menolaknya, sesungguhnya jika Ji Won bilang menyukainya ia pastikan akan langsung setuju menjadi kekasihnya.

Kekasih?

Oppa tidak menyukaiku?” untuk kali ini Ji Won bertanya dengan nada sedih, jika ia menemukan fakta bahwa Seo Joon tidak menyukainya maka semua pria pasti tidak menyukainya juga.

Seo Joon menghela nafas, meraih wajah Ji Won dengan kedua tangannya. “Dengar baik-baik Nona Kim, aku lebih menyukai Kim Ji Won yang pemalu, yang selalu mengingatkanku, yang selalu menyemangatiku. Jika kau ingin berubah bersamaku, aku akan senang membantumu. Bagaimana jika kita lakukan bersama? Aku akan mengajarimu bagaimana wanita bersikap dihadapan pria dan kau ajari aku untuk berkomitmen, hmm?”

Wajah murung Ji Won berubah, mata besarnya mengerucut pertanda ia sedang tersenyum lebar. Ne, ayo kita lakukan bersama!”

Seo Joon ikut tersenyum lebar, melepas tangannya untuk memeluk Ji Won. Tapi gadis itu malah kembali membuat jantungnya bermasalah, dengan cepat Ji Won memeluknya hingga mereka terjatuh.

Ji Won mencoba bangun, Gomawo oppa.” Mata Seo Joon membesar karena kecupan ringan pada bibirnya.

‘Hya! Kim Ji Won, aish.’

“Aah, mianhae!” sadar akan perbuatannya yang membuat Seo Joon terdiam, Ji Won langsung beranjak menuju tempat tidur.

Menutup wajah super merahnya dengan selimut tebal, ‘Ji Won-ah baboya!’ keluhnya sambil memukul pelan bibirnya.

Seo Joon yang masih berbaring di lantai masih sedikit terkejut dengan tindakan Ji Won, jantungnya berdetak makin tidak karuan. Dia memang mencintai adik sahabatnya itu, jika awalnya ia ingin selalu disamping Ji Won. Setelah kejadian ini ia tidak yakin dengan dirinya sendiri, apakah ia sanggup dengan hanya disamping Ji Won?

Bayangan bagaimana ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama Ji Won langsung terlihat begitu saja. Menggodanya seharian, melakukan hal-hal seru setiap hari, dan membesarkan anak-anak mereka dengan tawa dan cinta.

Ia ingin Kim Ji Won, ia harus memiliki Kim Ji Won.

Tapi, apakah ia siap dengan sikap sahabatnya Kim Jong Hyun?

Lalu bagaimana dengan Kim Jong Woon, Ayah yang sangat overprotective pada Ji Won?

 

*#*#*#*

Anyeeooooooonghasseeeoyooooooooo!!!
HAPPY NEW YEARS everyone XD
setelah “setahun” ga update, akhirnya mencoba mengawali tahun pertama di 2018 dengan lanjutan SEOWON Couple… aigooo XD
congratulation best couple in KBS Awards, kkk~
Enjoy The Read :*
with love
-Kim Ji Won-

2 thoughts on “Away In The Silence | Chapter 4 – The Crazy Fourth

Leave a comment